Life Changes, We Change, and That’s Okay

Suatu malam di penghujung pekan, sebuah notifikasi grup Line masuk ke ponselku. Gos (seperti biasa) mengirim sebuah tautan kepada kami. Tautan yang samar-samar dapat aku pastikan berisi untaian quotes seperti yang sering ia kirim. Dalam tautan tersebut tertulis 50 Sentences Will Convince Change Life. C-H-A-N-G-E.

Beberapa menit setelah kiriman tautan itu, Gos kembali muncul di grup, menanyakan apakah kami sudah membaca artikel yang ia kirim. Sepi memang grup kala itu karena menunjukkan pukul 22:50 WIB. Aku menjawab bahwa aku hanya sekilas membaca artikel tersebut, karena ‘change’ bukanlah topik yang aku sukai. Gos meyakinkanku bahwa itulah mengapa aku memerlukan artikel itu untuk dibaca. Pemaksaan halus rupanya haha.

Tautan itu memuat artikel tentang 50 kalimat yang mencoba meyakinkan pembaca bahwa perubahan itu perlu. Satu persatu poin aku baca, dan rasanya ada sejumlah resistensi dalam diri sepanjang kucermati artikel itu. Perubahan bagiku memang hal yang cukup ‘mengerikan’. Seringkali perubahan tidak bersahabat dengan kenyamanan yang selama ini aku rasakan. Dalam banyak hal.

Contoh sederhananya mulai dari teman yang mulai berubah sikapnya, keadaan yang mulai berubah dari sebelumnya, perjalanan yang berubah arahnya, dan perubahan-perubahan lain yang seringnya datang tanpa pertanda. Tak jarang perubahan itu menimbulkan konflik dalam diri. Tak nyaman rasanya. Dan seringkali sama seperti itu.

Tapi apa yang kurasakan beberapa bulan terakhir membuatku memaksa diri untuk merenung sesaat. Ketika si introvert ini mulai menghadapi dilema pekerjaan yang menurutnya bukan yang selama ini ia bayangkan. Ketika pekerjaanku saat ini mulai membuatku berpikir sejenak tentang ‘sesuaikah ini untukku?’ Duniaku tak pernah sama sejak itu. Duniaku berubah. Sedangkan aku? Pada awalnya aku belum bisa terima. Sampai akhirnya Dhe – salah satu adik kesayanganku – menenangkan segala keluhanku dengan berkata bahwa pekerjaanku saat ini boleh jadi sangat diharapkan oleh banyak orang di luar sana dan betapa orangtuaku pasti bangga pada pencapaianku saat ini. Kata-kata Dhe saat itu membuatku tersadar betapa kurang bersyukurnya aku selama ini. Sejak itu aku berkomitmen untuk mulai belajar ‘menerima dan menjalani’ apa yang telah Tuhan siapkan untukku saat ini.

Pada poin ke 36 artikel yang Gos kirim tertulis “Your greatest enemy is your endless list of rules and expectations for how life is supposed to be lived”. Bahkan hanya membaca kalimat ini pun, resistensi dalam diriku kembali muncul. Perubahan bagiku memang sulit, menakutkan, dan (seringnya) sebisa mungkin kuhindari. Perubahan bagiku mengubah tatanan sistematis yang selama ini aku bangun, entah itu tentang prinsip diri, cara melakukan sesuatu, cara pandang, maupun sikap. Tapi membaca artikel tersebut hingga poin terakhir membuatku berpikir ulang tentang makna perubahan dan bagaimana menyikapinya.

Aturan seyogyanya dibuat untuk memastikan segala sesuatu berjalan sebagaimana mestinya, dan harapan tercipta berdasarkan kondisi ideal yang kita pikir kita miliki. Ketika keadaan sekitar mulai berubah, aturan lama seringkali menjadi tidak relevan. Dalam kondisi tersebut, perubahan eksternal menjadi uncontrolable variable, sedangkan aturan yang dibuat menjadi controllable variablenya. Demikian pula dengan ekspektasi atau harapan, yang sebaiknya disesuaikan dengan kondisi pasca terjadinya perubahan. ‘Disesuaikan’ mungkin bahasa yang lebih halus versiku, ketimbang menyebut ‘diubah’. Tapi apapun bahasanya, bergeser dari kondisi existing ke kondisi yang diinginkan (atau kondisi yang diharuskan? ) akan selalu membutuhkan keberanian, sekecil apapun itu.

Viktor Frankl, yang telah mengalami begitu banyak kejadian mengerikan dan penderitaan luar biasa di kamp tahanan Nazi, sampai pada kesimpulan bahwa kebebasan terakhir manusia adalah ia bebas memilih bagaimana menyikapi setiap keadaan yang terjadi. Kita selalu punya pilihan tentang bagaimana menjalani apapun di berbagai kondisi yang kita hadapi. Berubah, beradaptasi, atau menyesuaikan diri, atau apapun istilah lainnya, merupakan satu pilihan yang perlu kita ambil ketika kita merasa keadaan di luar sana tak lagi sama dengan keadaan sebelumnya. Life changes, we change, and that’s okay

Mengenal Mereka

Dan setelah Truth or Truth effect kemarin, aku pengen nulis tentang siapa sih Gos, Ul, Di, Dal, dan Bim yang kusebut-sebut di beberapa tulisan sebelumnya. Nama singkat itu adalah panggilan akrab di antara kami, dari nama mereka yaitu Bagus (Gos), Aul (Ul), Adi (Di), Ihdal (Dal), dan Ubim (Bim). Setelah empat tahun mengenal mereka, sedikit yang bisa kusampaikan tentang mereka kutuliskan sebagai berikut :

  1. Gos, si Visioner yang Kurang Fokus
  • Gos adalah teman yang menurutku paling ekstrover di antara lima yang lain di circle ini. Dan selayaknya nature dari personality extro-intro, Gos adalah yang bikin aku cepat lelah dan kehabisan energi kalo banyak interaksi dengannya. Suka berisik gitu kalo lagi di keramaian haha suka banyak ocehnya. Gos adalah presiden kabinet kami saat di kepengurusan dulu. Selayaknya kebanyakan orang berzodiak Leo, Gos punya aura dan sense seorang leader. Kemampuan verbal dan persuasifnya bisa dengan mudah memberikan influence bagi seseorang. Gos yang kami kenal adalah pribadi yang visioner. Sejak kami sering bicara tentang kehidupan, ia selalu bisa menyampaikan mimpinya secara clear. Seolah dia sudah pernah ada di tujuannya itu sehingga ia bisa menjelaskan secara detail tentang apa yang ada di sana termasuk bagaimana akan ke sana. Sebagai seorang visioner dengan banyak hal yang ingin dicapai, Gos termasuk yang kurang fokus terutama saat tahap eksekusi. Sering kami bercandain dengan bilang wishlist nya selalu bertambah tanpa satupun yang terealisasi. Mungkin faktor extrovertnya memainkan peran di sini, yang sudah jadi rahasia umum kalau extrovert biasanya sulit fokus. Satu hal yang aku salut dari Gos adalah keberaniannya untuk menyampaikan semua mimpinya dan optimismenya bahwa semua itu mungkin diraih.
  1. Di, si Banyak Mau yang Selalu Ada
  • Aku kenal Di lebih dekat ketika Di menjadi ketua acara kompetisi eksternal kampus akhir tahun 2012. Di kami kenal sebagai yang sering banget chat mellow dan identik dengan kalimat “asalkan bareng kalian”. Di termasuk yang paling bersemangat ketika kami diskusi tentang kehidupan. Di selalu menyampaikan mimpinya tentang banyak hal, termasuk untuk bisa punya usaha sendiri sambil kerja kantoran dan kuliah S2. Di buku yang pernah aku baca, seseorang akan optimal dalam menyalurkan fokusnya pada paling banyak dua hal saja. Lebih dari itu, kadar fokus akan berkurang dan cenderung membuyarkan fokus yang lain. Kami ingat betul bagaimana Di menyampaikan keinginannya untuk menjadi entrepreneur dan mengelola bisnis sendiri, kami juga ingat keinginannya untuk sekolah lagi. Tapi dengan sama-sama pentingnya kedua hal tersebut, ditambah statusnya sebagai karyawan saat ini, memilih yang prioritas untuk dijalani menjadi hal penting yang harus ia definisikan. Namun terlepas dari itu, Di menjadi sosok yang selalu available, selalu ada untuk kami. Gak heran kalau di grup dia selalu jadi yang bertanya bagaimana kabar kami, sedang sibuk apa saat ini, sedang apa di waktu senggang kami, atau apakah kami sedang ada masalah. Di juga jadi yang selalu rutin ngajak main, ngajak liburan, dan kalo pergi tanpa dia rasanya banyak part yang hilang dari kami.
  1. Ul, si Pelupa yang Lovable
  • Kalo ada yang sering ngeselin di chat karena mikirnya lama, Ul lah yang paling sering jadi sasaran empuk haha. Apalagi kalo lemotnya kumat pas chat sama Bim, habis udah dibully itu sih. Belum lagi kebiasaan lupanya. Daya ingatnya kurang bisa diandalkan, apalagi untuk hal-hal yang sepintas lalu. Di antara kami berlima, Ul adalah yang paling fashionable dalam segala suasana. Ga peduli mau hiking atau camping, Ul tetap tampil dengan outfit trendy yang kadang bikin kami penasaran gimana bisa dia tracking sejauh 5 km dengan medan yang lumayan hanya dengan sandal di saat kami pake sepatu kets aja udah sakit-sakit kakinya haha. Ul bagiku adalah sosok yang akan sangat mudah disukai orang karena komunikasi interpersonalnya sangat mumpuni. Kalo inget lagi kejadian yang udah-udah, rasanya ga pernah kebayang gimana bisa aku dan Ul ada di circle pertemanan yang sama, terlepas dari kami rekan satu organisasi. Orang yang belum kenal Ul pasti ngira dia jutek, karena memang ekspresinya sepintas menunjukkan itu. Sebagai seorang extrovert, Ul tergolong paradox karena ia tipe yang tertutup. Ul termasuk yang jarang bercerita tentang pribadinya maupun masalahnya. Ul juga tipe cewe yang sangat mandiri. Semasih dia bisa lakuin sendiri, pasti dilakuinnya sendiri. Terlepas dari ambiguitas personality nya, sekali lagi, Ul punya sesuatu yang bikin dia jadi sosok yang lovable banget, sosok ideal untuk jadi seorang teman baik.
  1. Dal, si Konsisten yang Kurang Percaya Diri
  • Entah gimana si-yang-paling-muda ini bisa jadi bagian dari circle kami. Dal adalah yang paling berubah signifikan dari yang pertama kali kami kenal. Entah karena dulu kami belum kenal deket atau gimana, yang pasti kami selalu bilang Dal yang sekarang telah berubah. Dulu, diantara dua rekan setimnya saat lomba debat, Dal yang paling diam. Bahkan dia yang paling jarang merespon SMSku saat aku jadi pendamping tim mereka. Dal yang sekarang selalu bisa bikin suasana jadi rame dengan jokes nya yang out of the box. Jangan coba-coba sembunyiin informasi dari Dal, dia bahkan bisa tau lebih dulu dari orang yang bersangkutan haha update banget sama berita-berita di sosmed. Sebagai personal, Dal juga punya clear vision tentang apa yang ingin dia capai. Dan dalam perjalanan mencapai tujuan tersebut, dia punya fokus dan konsistensi yang harus diacungi jempol. Seberapapun dinamika yang terjadi, dia akan konsisten pada apa yang udah dia tetapin. Hanya saja terkadang dia bisa jadi gak percaya dengan kemampuannya. Dia selalu bilang kalo dia gak percaya diri dengan kemampuan komunikasinya dan terang aja langsung kami tanggapi sinis haha mengingat gimana bercandaan-bercandaannya selama ini yang sangat memerlukan permainan kata-kata. Walau Dal seringkali berisik dengan jokes-jokesnya itu, tapi di saat serius, Dal jadi teman tuker pikiran yang oke banget.
  1. Bim, si Misterius yang Pantang Menyerah
  • Bim menurutku pribadi paling rumit untuk dipahami dari mereka berlima. Sebagai sesama introvert aku bisa memaklumi itu karena aku pun tergolong orang yang rumit. Tapi Bim ini special case dan kayaknya hanya satu temanku yang punya tipe seperti ini. Dengan sosok pendiamnya, Bim tergolong paradox juga seperti Ul karena ia justru terlibat di banyak organisasi selain organisasi riset kami. Bim paling dekat dengan Ul, mungkin karena mereka adalah teman sekelas ketika kuliah dulu. Bim termasuk yang sangat misterius karena banyak aktivitasnya yang tidak kami ketahui yang pada akhirnya ketahuan setelah effort kepo kami di sosmed #eh. Bim juga ahli menggunakan kode-kode implisit bahkan untuk keperluan simpel kayak mau makan bareng atau sekadar nongkrong. Si-yang-gak-bisa-makan-makanan-pedes ini juga moody parah dan suka bikin bingung kalo udah kumat. Tapi terlepas dari itu,  saat kuliah Bim terkenal sebagai mahasiswa dengan segudang prestasi dari banyak bidang. Bim punya semangat pantang menyerah yang mengantarkan ia pada pencapaian-pencapaian di tiap lomba yang diikuti. Tentang hal itu, aku inget banget Bim pernah bilang “orang hanya liat seberapa sering aku berhasil, tanpa tau aku gagal lebih sering”

Itulah Gos, Di, Ul, Dal, dan Bim, lima orang unik yang (tampaknya) akan sering aku tulis kisahnya di tagar #pagiinspirasi ini . Kenapa? Karena setiap hal yang kami perdebatkan satu sama lain selalu menarik untuk dibahas. Dan suatu saat ketika kami sudah melangkah jauh, tulisan yang tertinggal di sini akan menjadi checkpoint kami untuk melihat seperti apa kami dulu, sekarang, dan nanti.

Truth or Truth : Awal dari Flashback untuk Future

Selepas selebrasi late surprise untuk ultah Gos yang ke 25, perbincangan tentang kehidupan dimulai kembali. Sudah lama rasanya kami tidak secara intens diskusi dan update tentang perkembangan yang terjadi pada kami dan hari-hari kami. Dan cara kali ini pun ga biasa. Kami membiarkan arah putaran pulpen untuk menentukan siapa yang akan menjawab apa via Truth or Truth.

Pertanyaan demi pertanyaan bergiliran dilontarkan dan dijawab. Mulai dari yang sederhana hingga yang sulit dijawab. Bukan karena tidak tau, tapi kadang jawaban atas pertanyaan tentang sesuatu tidak bisa dijabarkan dengan kalimat tapi hanya bisa dirasakan oleh siapa yang merasakan. Sejumlah pertanyaan flashback hingga masa yang akan datang silih berganti dan jawabannya pun membuatku menyadari betapa beruntungnya aku ada di antara teman-teman terhebatku itu.

Seperti pertanyaan Dal pada Gos tentang apa yang membuatnya bertahan di circle kami sekarang, pertanyaan menggelitik Gos tentang kenakalan paling parah yang pernah Di lakuin, pertanyaan Ul  tentang sisi positif dan negatif dari kami masing-masing menurut Dal, atau pertanyaanku tentang apa yang akan Ul sampaikan pada kami jika seandainya hari ini adalah hari terakhir kami semua dapat bertemu. Seandainya Bim bisa join di permainan kemarin, pastinya akan banyak pertanyaan yang ia dapat mengingat selama ini dia yang paling misterius di antara kami haha 😀

Setiap jawaban, baik itu yang berkaitan dengan personal maupun tentang circle kami, membuatku lebih mengenal Di, Dal, Ul, dan Gos, bahkan Bim, termasuk perspektif mereka tentang banyak hal. Selama ini aku pikir aku cukup tau tentang mereka, tapi ternyata tidak sebanyak itu. Ada sisi lain dari sosok masing-masing yang baru dapat aku pahami setelah permainan kemarin. Dan ada perasaan yang tak tergambarkan ketika kami bisa saling jujur tentang apa yang kami rasakan tentang pertemanan kami selama ini.

Pertemanan kami dimulai sejak awal 2011 ketika kami pertama kalinya bekerja sama sebagai panitia acara kompetisi internal kampus. Aku bergabung setelah Gos mengirim SMS invitation untuk join di kepanitiaan itu (padahal  saat itu aku belum kenal Gos). Bersama Di dan Ul, kami berempat pun akhirnya menjadi bagian dari kepanitiaan yang diketuai Gos, dan di sana pertama kalinya kami mengenal Dal sebagai adik angkatan yang menjadi peserta lomba. Bim, yang mana adalah teman sekelas Ul, juga ikut di kompetisi itu sebagai peserta. Di sana pertama kali kami berada di lingkungan yang sama, yang kemudian berlanjut ketika kami sama-sama menjadi pengurus organisasi riset di kampus.

Circle ini menjadi semakin erat ketika memasuki akhir kepengurusan di organisasi tersebut. Kami mulai sering bercerita tentang mimpi-mimpi kami setelah masa kuliah selesai. Satu persatu kemudian lulus, dan kami tak ingin kehilangan momen yang pernah kami rasakan ketika masih di kepengurusan dulu. Mulailah kami menemukan apa yang bisa membuat kami untuk tetap bersama melalui Muda Mudi Berbagi yang kami rintis bersama lima kawan kami lainnya. Banyak dinamika sejak status mahasiswa kami habis masa berlakunya. Mengutip yang sering disampaikan Gos, bahwa tidak semua kapal berlabuh di pelabuhan yang sama, kami mulai mendefinisikan ulang cara kami mencapai mimpi-mimpi kami.

Bagiku, circle ini spesial karena tak banyak bisa kutemukan orang-orang yang memahamiku sepenuhnya. Sejauh perjalananku selama ini, begitu banyak yang datang dan begitu cepatnya mereka pergi. Tapi di sini, aku tak pernah merasa ditinggalkan. Walau kami tak selalu dapat bertemu, tapi aku bisa merasakan kalau mereka selalu ada. They don’t accept me as I am ; they help me accept myself as I am. Itu lebih dari sekadar cukup dan aku tak bisa meminta lebih dari itu untuk pertemanan kami ini. Mereka telah menyentuh kehidupanku dan memberi banyak perubahan positif padaku dan cara pandangku. Ul dan Gos juga punya cara pandang sendiri tentang circle ini. Menurut Ul, circle ini berbeda dari kebanyakan circle lain karena cara kami memaknai sesuatu lebih dewasa seiring berjalannya waktu. No more drama. Sedangkan Gos, ketika ditanya tentang kenapa ia tetap bertahan di circle ini, menyimpulkan bahwa perjalanan kami selama ini terlalu precious untuk ia lepaskan.

Truth or Truth semalam menyadarkan kami bahwa perjalanan kami meninggalkan banyak jejak untuk kami kenang, tentang masa lalu maupun tentang yang akan datang. Punya mereka yang menemani perjalanan selama setidaknya empat tahun terakhir ini menjadi salah satu hal yang paling berharga yang tak hentinya aku syukuri dan kuharap akan selamanya begini. Aku teringat pada penutup jawaban Ul atas pertanyaanku kemarin : “semoga kita semua bisa tetap saling menjaga”. Yah, setidaknya kami masih punya satu sama lain 🙂

Nobody can Play Your Role Better than You

Suatu pagi, setahun lalu ketika masa depan masih terasa sangat jauh dan jalan menuju kesana seolah belum juga nampak, Gos membuat ponsel berdering sesaat. Sebuah notifikasi pesan instan muncul dengan bertuliskan “Never change your personality for sake of others. Be yourself. Nobody can play your role better than you. You are the best at who you.” Tagar #pagiinspirasi pun tertulis di akhir kalimat tersebut. Sejak saat itu, entah bagaimana, tagar #pagiinspirasi – yang paling sering dikirim oleh Gos – menjadi sarapan bagi jiwa kami yang disibukkan dengan jutaan mimpi yang coba kami bangun.

Ketika itu, aku ingat, kehidupan kami tak lagi sama dengan bulan-bulan sebelumnya saat kami lulus kuliah. Sebagai anak muda dengan segala mimpi yang telah kami bangun sebelumnya, realita kadang tak sejalan dengan apa yang kami pikir akan kami alami. Kami tau kemana kami akan menuju, setidaknya itu yang paling kami tau saat itu. Idealisme yang kami yakini saat itu, keyakinan kami tentang tujuan akhir kami nanti, membawa kami pada satu pemikiran bahwa apapun yang ingin kami capai nantinya tak akan mengubah kami menjadi kami yang lain. Kami akan tetap menjadi pribadi yang bebas, bebas untuk berpikir dan bertindak menuju destinasi yang telah kami tentukan. Semua terasa sangat mungkin saat itu.

Setahun berlalu, quotes itu kembali muncul ketika aku menemukan kumpulan capture pesan instan di grup kami terdahulu. Menengok sedikit ke belakang, banyak hal ternyata yang terjadi hanya dalam kurun waktu satu tahun. Perubahan status dari ‘mahasiswa’ menjadi ‘belum kerja’ kemudian akhirnya ‘punya penghasilan’, perubahan dari tadinya mau jajan masih pake uang orang tua jadi udah bisa pake duit sendiri. Menyenangkan? Tentunya. Tapi apakah ini yang menjadi persinggahan terakhir kami? Belum tentu. Bahkan mungkin, tentu saja bukan.

Aku dan Dal kini bekerja di perusahaan yang birokrasinya cukup rigid, Di meniti karir medianya di sebuah rumah produksi, Gos dan Ul bahkan bekerja di satu kantor start up yang sama, dan Bim sedang part time sembari menunggu kepastian beasiswa masternya. Banyak yang bilang bahwa posisiku sangat menguntungkan saat ini. Menjadi bagian dari perusahaan telekomunikasi terbesar di negeri ini, yang bahkan tak sempat terpikirkan ketika aku kuliah dulu. Aku masih ingat, setahun lalu ketika kami berkumpul untuk bercerita tentang mimpi kami, mereka mendengarku bercerita tentang keinginanku untuk menjadi pengajar. Tak hanya aku yang saat ini menjalani hal berbeda, Gos yang kami tau sangat ingin berkecimpung di dunia sosial sebagai sociopreneur, saat ini baru saja bergabung dengan sebuah start up game developer. Dua contoh yang cukup menjelaskan bahwa tujuan dan jalan yang kami pilih untuk mencapainya tidak selalu beririsan secara langsung.

Lalu apakah itu berarti kami melupakan mimpi kami? Tentu tidak. Terkadang jalan memutar memberikan perspektif lain dalam perjalanan kita, yang memperkaya pemahaman dan pengalaman untuk kita ceritakan nanti. Tak masalah jalan mana yang ingin dan akan kita pilih, sepanjang tujuan kita, mimpi kita tetap disana. Dan tak masalah ketika kita tidak melihat mimpi kita tetap di tempat semula, asalkan ia bergerak naik, perlahan terbang ke atas, dan membuat kita harus sedikit melompat untuk menggapainya kembali. Khawatir tidak cukup tinggi untuk itu? There are some kind people who always be here to lift us up.  We just need to define our dream, choose a role, play that game, and believe someday we’ll win it. Because nobody can play your role better than you.

Tentang Masa OJT

Setelah masa OS berakhir pada 29 April 2015, kami menghadapi satu tahap baru yaitu On Job Training (OJT). Masih teringat bagaimana khawatirnya kami semua ketika menjelang akhir pendidikan di Corpu, khawatir tentang penempatan OJT kami. Sebagian besar dari kami berharap kota penempatan kami adalah kota asal kami, ya walaupun kami tau itu agak mustahil langsung terwujud. Rasa penasaran kami terjawab di hari penutupan masa OS ketika diumumkan lokasi OJT periode pertama kami hanya sebatas Witel di Regional 2 (Jabodetabek) dan Regional 3 (Jawa Barat) saja. Ketika itu diumumkan bahwa kami akan menjalani dua periode OJT, yang nantinya dirolling menjelang bulan ketiga.

  1. Lokasi OJT 1 : Witel Bekasi

Aku mendapat lokasi penempatan di Bekasi, bareng  Bertha, Bimo, Devi,  Eka, Kak Firdha, Fathan, dan Suhe. Berangkat ke Bekasi tanpa tau Bekasi itu kayak apa, berangkat dari Bandung siang dan sampe Bekasi langsung cari kosan bareng Bertha Devi dan Bimo, dibantu Suhe yang emang orang Bekasi. Lumayan waktu itu setelah cari-cari akhirnya dapet kosan yang bersih dan nyaman walau agak mahal. Keuangan cukup terbantu karena kami masing-masing memutuskan untuk sekamar berdua. Aku bareng Bertha, Devi bareng Kak Firdha, Bimo bareng Fathan.

First Day OJT Witel Bekasi

First Day OJT Witel Bekasi

Ketika kami diberi alamat untuk melapor ke kantor yang di Jl. Rawa Tembaga, kami pikir kami akan ngantor disana bareng-bareng selama OJT. Setelah ketemu Pak Laksi, Manajer HR Witel Bekasi, kami diberi lokasi OJT kami masing-masing yang disesuaikan dengan jurusan kuliah kami. Aku ditugaskan di unit Payment Collection yang berkantor di STO Kranji, which is itu paling jauh diantara temen-temen yang lain. Tapi sumpah enak banget OJT di unit itu. Setiap hari bisa naik angkot, jalan kaki, makin sehat.

 

 

 

 

 

Beberapa hal yang paling aku inget tentang OJT Bekasi :

a. Angkot 05 A

Angkot warna oranye ini adalah kendaraan paling berjasa nganter ke kantor dan balik kosan setiap harinya. Tiap hari kerja aku nunggu angkot ini di deket jembatan penyeberangan depan RS Mitra untuk berangkat ke kantor. Bahkan kadang penumpang angkotnya sama, yang paling kuinget itu bapak-bapak penjual kelapa, yang selalu berhenti di deket toko yang ada kulkas gak kepake, sebelum belok ke jalan Pemuda. Gitu juga dengan pulang ngantor, aku naik angkot ini lagi, berhenti di simpang Kemakmuran untuk kemudian jalan kaki sampe kosan. Ongkosnya 4000 sekali jalan, bahkan kadang dikasi 3000.

b. Nasi Goreng pinggir kali

Seberang gang kosan kami itu ada kali gitu mayan gede. Di sekitarnya banyak yang jual makanan kalo sore, tepatnya deretan seberang RS Hermina. Mulai dari sate, pecel ayam, sampe yang biasa aku beli itu nasi goreng yang enaaakkk banget dan harganya masih Rp 10.000. Entah siapa nama mas-mas yang jualan itu, yang biasanya kesal kalo bayarnya pake uang Rp 50.000 karena dia gak ada kembalian haha. Kalo beli makan di sana enakan bungkus, makan di sana sama aja jadi sasaran nyamuk. Namanya juga pinggir kali ._.

c. Gap Usia yang terlampau jauh

Hal pertama yang aku rasain selama penempatan di Witel itu adalah berasa kerja sama orang tua sendiri. Pasalnya, hampir sebagian besar karyawan di sana punya NIK 60an alias kelahiran tahun 60an. Gap usia yang terlampau jauh ini gak lantas bikin suasana kerja jadi gak asik. Aku malah enjoy banget dan nyaman sama lingkungan kerja di kantor itu, berasa ada yang ngajarin, yang gak keberatan bagi ilmunya, yang ngayomin ngingetin makan, yang care banget kayak orang tua sendiri.

d. SKJ tiap Jumat

after SKJ

after SKJ

Entah kapan terakhir kali ikutan SKJ sebelum itu, lupa saking udah lamanya. Semenjak di Bekasi kami rutin ikut SKJ di kantor Ratem tiap Jumat. Awalnya ngerasa “apaan sihh ini olahraganyaa” tapi lama kelamaan jadi asik juga mayan olahraga. Dan yang enak sih sebenernya after that, soalnya kadang ada sarapannya walau hanya sekadar buah-buahan. Sebagai anak kosan penjunjung asas “Apapun asal gratis”, Jumat itu kesempatanku untuk berhemat haha.

 

 

 

 

 

e. Report ke GM

Ini pengalaman kerja pertamaku dan ketika Pak Laksi bilang per dua minggu bakal ada presentasi ke GM tentang temuan kami di lokasi OJT masing-masing, kemudian rasanya kayak mau sidang lagi. Beruntung GM kami, Pak Firman,  orangnya baik banget, mau sharing pengalamannya, ngasi masukan dan motivasi ke kami sepanjang masa OJT. Bahkan seneng banget rasanya di akhir masa OJT di Bekasi, Pak Firman secara langsung minta bantuan untuk dibuatkan tulisan sesuai dengan topik yang beliau minta. Namanya bikinin tulisan untuk orang nomer satu di kantor pasti nervous, tapi setelah beberapa kali revisi, tulisan itu akhirnya bisa selesai tepat di hari terakhir aku ngantor di sana.

f. Last Day

Ketika hari terakhir masa OJT periode 1 kami di Bekasi, aku berpamitan ke kantor Kranji. Kebetulan beberapa hari sebelumnya aku ngantor di pusat karena ada kerjaan yang harus diselesaiin di sana. Pas bilang ke bapak ibu di sana kalo aku bakal pindah, rasanya nyesek aja. Gak pernah nyangka ternyata sedih juga pamitan sama bapak ibu di sana. Pas salaman satu-satu, mereka pesen supaya aku hati-hati dan jaga diri di tempat yang baru, dan didoain supaya betah dan sukses di sana. Sedih rasanya ninggalin kantor itu.

Last Day

Last Day

 

 

With GM Bekasi

With GM Bekasi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. Lokasi OJT 2 : Divisi Enterprise Service (DES)

Senin, 29 Juni 2015 keluarlah Nota Dinas yang mencantumkan lokasi OJT periode 2 kami. Sebagian besar masih tetap di Witel, sisanya yang jurusan Manajemen, Teknik Industri, Hukum, Komunikasi, DKV, dan Akuntansi pindah ke divisi dan Direktorat yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Aku gak pernah kebayang rasanya kerja di Jakarta, tapi penugasan itu membuatku harus merasakan ibu kota seenggaknya selama tiga bulan sisa masa OJT. Bersama 29 rekan lainnya, kami berkantor di Menara Multimedia Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Dua puluh lima orang di DES, sedangkan lima sisanya ditarik ke Divisi Government Service (DGS). Gausah ditanya apa rasanya dari Witel pindah ke DES, beda banget.

a. Education Management Service (EMS), Lantai 13

Selama OJT di DES, aku ditempatkan di segmen EMS. Ketika diumumkan pembagian segmen di hari pertama kami ngantor, aku excited kebagian segmen edukasi soalnya nanti berhubungannya dengan kampus. Aku masih belum bisa move on dari dunia perkampusan, dan di segmen ini aku bisa tiap saat ngerasain atmosfer pendidikan. Segmen EMS menempati lantai 13 bersama segmen MAS. Pikirku, tumben ya ada gedung yang ada lantai 13 nya hehe

Part of EMS

Part of EMS

b.  Tenggo ? It’s impossible

Setiap jam 5 sore lagu Hymne Telkom dikumandangkan dan (seharusnya) itu jadi penanda waktunya pulang. But, guess what? Gak ada satupun yang beranjak dari tempat duduknya. Di hari pertama ngantor di sini aku pikir “Oh mungkin nunggu magrib” , ternyata engga juga. Bahkan sampe jam 7 pun personilnya masih lengkap. Beda banget sama Witel yang jam 5 pada solid langsung pulang. Mungkin itu bedanya kerja di area dan di pusat ya.Bahkan di kantor ini aku jadi sering lembur. Pulang ketika langit masih keliatan warna birunya itu udah ajaib namanya. Rekor sementara pulang termalem sampai saat ini adalah jam setengah sebelas malam du du du du~

c. Bootcamp AM di Desa Wisata TMII

Bootcamp EAM DES Batch II 2015

Bootcamp EAM DES Batch II 2015

Penugasan kami di DES sejak awal diarahkan untuk menjadi Account Manager (AM). Fyi, AM itu adalah orang yang bertugas melayani corporate customer dan membina hubungan jangka panjang dengan PIC di perusahaan yang ditanganinya dengan harapan semakin banyak solusi atau produk kita yang dibeli atau digunakan oleh customer kita. Istilahnya consultative sales lah, semacam jadi konsultan customer untuk kebutuhan IT nya. Untuk meningkatkan pengetahuan dan kapabilitas kami sebagai calon AM, diadakanlah bootcamp selama 4 hari yaitu 10 – 13 Agustus 2015 di Desa Wisata TMII. Ketika bootcamp kami dilatih untuk selalu cepat merespon situasi, tetap solid dalam tim, dan pastinya fokus pada tujuan. Banyak games yang dimainkan selama bootcamp itu, dan yang bikin kaget diawal adalah keberadaan kang Nanang dari Wanadri di sana. Kami udah berpikiran bahwa pelatihan ini mirip Wanadri ketika di Corpu dulu, ternyata gak juga. In class training lebih mendominasi ketika bootcamp ini. seru nya lagi kita sekamar itu 10 orang ramean, tidurnya pun kayak di asrama ada tempat tidur yang tingkat gitu. Di akhir bootcamp, kami masak-masak bareng. Seru pokoknya.

d. Visit ke kampus

Yang paling aku nikmati selama OJT di DES EMS ini adalah ketika aku diajak visit ke kampus sama AM di EMS. Kampus yang pernah aku kunjungi itu Trisakti, UI, IPB, UPN Veteran Jakarta, dan UNJ. Aku belajar gimana berinteraksi sama pihak kampus, gimana cara gali informasi kebutuhan IT mereka, dengerin ada isu apa di kampus itu, dan yang paling penting jalan-jalan keluar kantor haha. Abisan suntuk kan kalo ngantor terus, kalo kerjanya sambil jalan-jalan kan enak. Paling enak itu pas visit ke UI soalnya naik KRL kan, dan guess what, ketika di UI aku disangkanya mahasiswa yang mau masuk sana -.-“

e. Mengenal Jakarta

@ Museum Nasional Indonesia

@ Museum Nasional Indonesia

Ditempatin di Jakarta otomatis membuatku berusaha mengenal ibukota negara ini. Mulai dari belajar transportasi umumnya macam KRL, Busway, Bajaj, dan Gojek, belajar daerah-daerah sekitar kantor, rute ke Pura, sampe mengenal tempat main yang affordable secara cost. Jakarta juga mempertemukanku dengan temen-temen kuliah, khususnya temen-temen New Wave. Waktu itu secara dadakan pernah main bareng Adi, Ihdal, Mega, Wahyu, Uty, Ayulia, dan kebetulan Bagus waktu itu lagi di Jakarta. Gak lama kemudian juga aku pergi lagi sama Adi Ihdal Ayulia mengunjungi museum dan naik city tour bus. Yah, so far Jakarta not bad lah.

 

Walau kedua lokasi dan penugasan selama OJT yang aku jalani, ada satu persamaan keduanya, sama-sama ada evaluasinya. Evaluasi OJT periode pertama dilakuin di pertengahan bulan Juni, sedangkan evaluasi OJT periode kedua sekitar pertengahan bulan Agustus. Rasanya sama, namanya juga diuji di depan expert. Bahkan sidangpun kalah degdegannya. Tapi syukur selama dua kali evaluasi itu aku selalu kebagian evaluator yang baik banget. Dan jangan lupain satu part penting selama OJT, keberadaan mentor. Mentor kami di Witel Bekasi adalah Pak Andi Hermawan, yang kemudian jadi mentor kami sepanjang masa OJT sekaligus evaluatorku di eval kedua. Baik banget bapaknya, selalu ngasi motivasi ke kami, dan gak ragu buat sharing pengalamannya selama di Telkom. Liat Pak Andi, bahkan sejak in class training di Corpu dulu selalu bikin aku pengen nantinya bisa sharing kayak gitu juga, jadi expert.

Setelah OJT ini masih ada satu tahap lagi sebelum kami menjadi karyawan tetap, yaitu masa percobaan selama tiga bulan. Khawatir tentang penempatan pasti ada, tapi khawatir mendapat penugasan yang membuatku gak nyaman mungkin lebih bikin kepikiran. Tapi apapun keputusan di SK nanti, semoga kami bisa menjalankan tugas kami dengan baik.

Tentang Masa Orientasi Sarjana 1 (OS1) Telkom 2015

Bagi calon karyawan Telkom yang sudah dinyatakan lolos seleksi tahap akhir, perjuangan panjang sesungguhnya baru saja dimulai. Perjuangan pertama adalah melewati tahap Orientasi Sarjana (OS). Tahun 2015 ini, pelaksanaan tahap OS yang biasanya berkonsep Pembinaan Mental (Bintal) dimodifikasi menjadi konsep Pembentukan Karakter. Jika angkatan-angkatan sebelumnya merasakan sulitnya sekian minggu di markas TNI, tidak demikiannya dengan kami, OS 1 2015 yang merasakan masa-masa OS di Telkom Corporate University (Corpu), Gegerkalong. Hampir enam bulan sejak hari pertama kami dikarantina, kenangan tentang masa OS tetap melekat. Berikut 15 fakta tentang OS 1 Telkom 2015 :

  1. Jumlah 113 orang, 3 pleton, 5 kelas
OS 1 2015 day 3 134

Pembukaan Pelaksanaan Orientasi Sarjana Angkatan 1 Tahun 2015

Jumlah total siswa OS 1 2015  adalah 113 orang (57 perempuan, 56 laki-laki) yang berasal dari sejumlah kampus, seperti UI, UGM, ITB, Tel-U, ITS, Unpad, Maranatha, Unpar, sampai Unhas. Ada juga yang berasal dari S2 kampus luar negeri, yang pelatihannya digabung dengan periode kami. Dari jumlah tersebut, kami kemudian dibagi ke dalam tiga pleton yang masing-masing terdiri dari 38 dan 37 orang. Kami juga dibagi dalam lima kelas, dari A sampai E. Tiap pleton dipimpin oleh komandan pleton dan untuk kelas dipilih masing-masing satu orang wali kelas sebagai penanggung jawab.

 

 

 

 

  1. Para Pelatih dari Pusdikhub
OS 1 2015 day 1 4

Para Pelatih Pusdikhub

Pelatih adalah sebutan untuk mereka yang merupakan sersan dari Pusdikhub dan bertugas mendampingi kami selama pelatihan di Corpu. Ada total lima orang pelatih yang berinteraksi secara intensif dengan kami. Ada Letnan Tri Hendratmoko, Sersan Kepala Iswanto, Sersan Engkus Kusnadi, Sersan Taufik, dan Sersan Army. Yang paling kami ingat adalah ekspresifnya pelatih Tri kalo lagi ngomong, lawakan-lawakan pelatih Is, tersiksanya mesti push up sit up dan sikap perahu kalo olahraga pagi diawasi pelatih Engkus dan pelatih Taufik, dan yang gak kalah penting kalimat “Kurangi suara sendoknya ~ “ dari pelatih Army saat sarapan, makan siang, maupun makan malam terutama di awal masa pelatihan kami. Kami juga diajarkan beberapa lagu penyemangat yang selalu kami nyanyikan ketika mobilisasi dari satu tempat ke tempat lain. Dari pelatih kami belajar bahwa semua ada porsinya, ada saatnya serius ada saatnya bercanda. Harus selalu disiplin dan mengutamakan keselamatan. Terimakasih pelatih ! 😀

  1. Mess, Kamar, dan Jaga Serambi
Hesti & Indah, room mate 210 :)

Hesti & Indah, room mate 210 🙂

Selama hampir sebulan menjalani pelatihan di Corpu, kami tinggal di mess Widyaloka dekat gedung Indigo. Untuk yang perempuan menempati lantai dua, sedangkan yang laki-laki di lantai tiga. Satu kamar ditempati oleh tiga orang yang udah diatur berdasarkan absensi. Kamar pun harus selalu bersih, gaboleh ada makanan di dalamnya khususnya permen (walaupun kadang sembunyi-sembunyi kami bawa kue yg ga sengaja disimpen buat dicemilin malem hari). Bahkan pengaturan posisi baju di lemari dan lipatan selimut pun diatur. Semuanya harus teratur dan rapi. Kalo gak? Siap-siap aja mendapati semuanya diacak-acak pelatih kalo tiba-tiba ada sidak.

Jaga serambi adalah aturan yang mulai diberlakukan di minggu kedua pelatihan. Setiap satu jam sekali, akan ada empat orang yang bertugas jaga serambi. Tujuannya untuk mastiin keadaan aman dan cepat tanggap kalo ada temen yang sakit di malam hari. Teorinya sih gitu. Kenyataannya? Pindah tidur doang dari kamar ke sofa ruang tengah haha :p

  1. No telecommunication device :’)

Pernah ngerasain ketinggalan handphone pas lagi keluar rumah? Mati gaya gak? Kami merasakan selama hampir sebulan tanpa alat komunikasi, tanpa berhubungan dengan dunia luar. Di hari kedua pelatihan, handphone kami dikumpulkan dan dimulailah hari-hari primitif kami selama pelatihan. Tujuan sebenernya baik, supaya kami fokus pada pelatihan kami yang jadwalnya emang padet banget. Tapi satu hal positif yang aku sadari dengan aturan ini adalah interaksi kami satu sama lain jadi intens karena komunikasi yang kami punya hanya komunikasi antarkami masing-masing. Baru pada minggu kedua kami bisa sesekali berkirim kabar ke keluarga ketika kami diberi akses internet melalui laptop. Sesekali berkirim email maupun chat Line, itu udah bahagia banget rasanya haha.

  1. WANADRI !
OS 1 2015 day 4 31

Karena Wanadri lah yang bikin kami semakin akrab …

Wanadri adalah organisasi penjelajah rimba dan kakak-kakak Wanadri jadi pelatih kami selama empat hari di hutan konservasi Gunung Masigit Karembi, Cicalengka. Selama empat hari itu kami selalu dibagi ke dalam regu-regu yang diganti tiap hari dan tugas yang beda-beda per harinya. Mulai dari bikin atribut, jelajah hutan, diriin bifak, masak, bikin dapur umum, games, dan hal lainnya untuk latihan team building. Kegiatan inilah yang bikin kami makin mengenal satu sama lain, bikin kami makin deket. Susah seneng bareng, ketawa bareng, capek bareng. Hidup seadanya selama empat hari. Mulai dari minum air mentah, nyeduh Energen satu dibagi sekian orang, saling bantu selama jelajah hutan, saling ngasi semangat satu sama lain. kebersamaannya berasa banget.

 

 

 

  1. Company Visit
Telkom Infra Company Visit

Telkom Infra Company Visit

Company Visit dilakukan ke beberapa anak perusahaan Telkom, yaitu Telkomsel, Telkom Infra, Ad Medika, dan Telin. Kami dibagi ke dalam empat keberangkatan selama dua hari, dimana satu kelompok mengunjungi satu lokasi. Aku kebagian ke Telkom Infra, dan saat itu kunjungan dilakukan ke Telkom di Slipi, Jakarta Barat. Presentasi dari anak perusahaan yang tergabung di Telkom Infra, seperti Mitratel, Telkom Access, dan Telkom Property menambah wawasan kami tentang bisnis Telkom, khususnya yang terkait dengan infrastruktur. Begitupula dengan covit kelompok lainnya. Di minggu ketiga, masing-masing kelompok presentasi tentang apa yang mereka dapet dari company visit itu, jadi wawasan kami makin bertambah gak cuma tentang satu anak perusahaan.

 

 

  1. Pembinaan Rohani (Binroh)
OS 1 2015 day 9 2

Suasana kumpul sebelum binroh

Setiap harinya, kami semua diwajibkan untuk mengikuti pembinaan rohani (binroh) setiap subuh. Masing-masing, baik yang Islam, Kristen, maupun Hindu didampingi pembimbing yang juga karyawan Telkom untuk menanamkan aspek-aspek spiritual pada kami. Selama sebulan pelatihan, kami difasilitasi dengan waktu dan tempat untuk beribadah. Tiap jam 3 subuh kami dibangunkan untuk mobilisasi ke tempat masing-masing sampai menjelang jam 5 subuh. Mungkin gak sedikit dari kami yang tertidur selama sesi binroh ini, apalagi sejak diberlakukan jaga serambi haha. Tapi positifnya, jadi semakin religius sejak pelatihan di Corpu.

 

 

  1. In class training
Classmate, Kelas C

Classmate, Kelas C

Selain aktivitas rutin di lapangan, kami juga mendapat in class training dengan berbagai materi tentang Telkom, mulai dari bisnisnya, industrinya, budayanya, sampai informasi-informasi anak perusahaan. Ada juga materi tentang personality dan creative thinking. In class training ini ada yang dikemas dengan kelas terpisah (kami dibagi dalam lima kelas), maupun kelas gabungan. Instrukturnya beragam, mulai dari para expert Corpu yang punya pengalaman sekian tahun di Telkom sampai Guru Militer dari Pusdikhub yang berbagi tentang Pilar Kebangsaan.

 

 

  1. Sleep away? Yes, We Did !

Selama masa pendidikan dari TK sampe S2, baru pendidikan di Corpu aku ngerasain yang namanya ketiduran di kelas. Entah itu dua detik, sepuluh detik, atau mungkin lebih lama dari itu, tetep aja ketiduran judulnya. Apalagi kalo kebagian jadwal jaga serambi jam terakhir, udah paling mantap ngantuknya. Gak heran kalo waktu yang ditunggu itu adalah waktu Coffee Break. Atau kalo udah liat ada yang bolak balik keluar masuk kelas, pasti itu yang pada ngantuk. Da kami mah pasrah anaknya, suruh berdiri kalo ngantukpun kami nurut ~

 

  1. Caraka Malam
Suasana Caraka Malam

Suasana Caraka Malam

Kegiatan ini kami ikuti di akhir minggu kedua. Waktu itu kami dibawa ke tempat latihan para pelatih di daerah Cimahi. Inti kegiatannya adalah nyampein pesan yang dikasi di start ke finish tanpa membocorkan informasi itu ke siapapun. Dalam perjalanan dari start ke finisih, petunjuk jalannya hanya seutas tali rafia yang memang terhubung dari start ke finish. Keliatannya sederhana, tapi ga semudah itu. Gak ada penerangan apapun kecuali sinar bulan. Setiap keberangkatan terdiri dari tiga orang dengan pesan yang berbeda-beda. Dan gausah ditanya apakah perjalanan baik-baik aja atau gak. Sepanjang perjalanan ada beberapa pos dengan tugas berbeda, mulai dari interograsi, cari identitas nama, sampai nebak binatang melata apa yang udah disiapin di tiga ember di pos terakhir. Belum lagi ditakut-takutin kayak tiba-tiba ada kain yang lewat, ada pelatih yang pake kostum-kostum serem, lumayan nguji nyali dan mental.

  1. PBB,Yel-Yel, dan Games
OS 1 2015 day 21 50

Demonstrasi PBB Pleton 2

Peraturan Baris Berbaris (PBB) adalah hal rutin yang kami lakukan selama pelatihan di Corpu. Hampir ga ada pagi yang kami lewatkan tanpa latihan PBB, tepatnya sebelum apel pagi. PBB ini biasanya dilakukan per pleton, dimana satu pleton terdiri dari 38 atau 37 orang. Karena jumlah kami ada 113 orang, maka dibagi ke dalam tiga pleton, sesuai urutan absensi. Begitupula dengan yel-yel yang harus dibuat per pleton. Tapi bedanya, untuk yel ini selain yel pleton ada pula yel batalyon. Batalyon itu gabungan dari ketiga pleton yang ada. PBB dan Yel-Yel kemudian dilombakan di beberapa hari sebelum pelatihan berakhir. Pleton dua sapu bersih juara di dua lomba itu yeaayyyyy !

 

 

Kelompok 4

Kelompok 4

 

Games dilombakan sehari sebelum lomba PBB dan Yel. Ada tiga games yang dimainkan ketika itu. Air Suci, Bola Buta, dan Lumpur Panas. Seru banget ketiganya, intinya kerjasama, komunikasi, dan percaya sama tim kita. Pelajaran yang akan bermanfaat sampai kapanpun dan situasi apapun.

 

 

 

 

 

12. Olahraga Sore

Olahraga 'santai' sore hari

Olahraga ‘santai’ sore hari

Olahraga bisa jadi merupakan aktivitas yang jarang aku lakuin selama kuliah. Tapi gak ketika di Corpu. Olahraga tiap jam lima subuh itu wajib, bahkan di minggu kedua olahraga pun dilakukan di sore hari. Entah mau jogging aja, atau main basket, atau main bola, atau apapun lah yang bisa dilakuin bareng sambil nunggu waktu magrib. Pernah suatu hari kami olahraga sore dengan have fun senam ala-ala dan diakhiri beberapa gerakan yoga. Pernah juga kami satu kelas karaoke bareng, dan makin berasa kebersamaannya justru di akhir masa pelatihan. Satu sisi seneng, satu sisi sedih juga.

 

 

  1. CSR Ke Panti Asuhan
OS 1 2015 day 24 240

CSR Tim 2 di PSAA Ciumbuleuit

Sebelum pelatihan berakhir, kami diberi project CSR dan ketika itu kami mutusin untuk CSR dengan bikin perpustakaan di tiga panti asuhan di Bandung. Gak cuma bikin perpustakaan, kami juga mengadakan acara bareng adik-adik di panti. Ada games, ada juga presentasi tentang apa yang jadi cita-cita mereka kelak. Kegiatan ini mendapat apresiasi positif para pengurus panti dan antusiasme yang luar biasa dari adik-adik di sana. Selalu ada kebahagiaan yang ga bisa diungkapin ketika kita bisa berbagi apapun yang kita punya untuk mereka yang membutuhkan 🙂

 

 

 

 

  1. Mitigasi Bencana dan Renungan Suci
OS 1 2015 day 20 147

Simulasi Gempa

Pernah bayangin gak tengah malem pas asik tidur tiba-tiba ada sirine kenceng dan ada suara-suara teriak “Gempa Gempa !” ? itu terjadi di minggu ketiga pelatihan kami. Sebenernya udah mulai curiga ketika habis makan malam ada materi tentang mitigasi bencana, dan sebelum bubar pelatih bilang “Kalo seandainya nanti terjadi, siapin makanan secukupnya, berkas-berkas penting, dan baju di satu tas yang gampang dibawa”. Untung sebelum tidur udah disiapin. Bahkan beberapa dari kami tidur dengan baju olah raga lengkap dengan kaos kaki. Dan bener aja, sekitar jam 11 kami dibangunkan oleh sirine itu dan dikumpulin di lapangan.

Setelah itu dilanjutkan dengan renungan suci. Kami diingatkan dengan keluarga kami, dan apa yang akan kami jalani setelah pelatihan selesai. Diingatkan dengan tanggung jawab kami, tidak hanya untuk Telkom, tapi untuk Indonesia.

OS 1 2015 day 20 212

 

 

 

 

 

 

 

15. Closing Ceremony

OS 1 2015 day 25 35Hari penutupan pelatihan mungkin adalah hari yang kami nantikan ketika awal pelatihan. Tapi kenyataannya, ada rasa sedih yang tertinggal ketika kami menyadari bahwa kedekatan kami satu sama lain justru baru terbangun di hari-hari terakhir. Ketika itu rasanya deg-degan juga ketika harus menghadapi pengumuman penempatan OJT kami. Beruntung, kami masih disebar di sekitar Regional 2 dan 3. Setidaknya masih berdekatan dan belum tersebar jauh. Closing ceremony saat itu membuat kami berbaur, tidak hanya siswa OS, tapi juga pelatih dari Pusdikhub dan management Corpu. Saat itu juga disebutkan bahwa akan ada inaugurasi di akhir masa OJT kami sekitar bulan Oktober.  Malam itu ditutup dengan nyanyi dan joget bareng. Dan keesokan paginya, satu persatu dari kami meninggalkan mess. Berpisah untuk sementara, menuju tempat OJT masing-masing.

 

OS 1 2015 day 25 4

 

 

Get to Know US

mudamudiberbagi

Anak muda menghabiskan waktu dengan berkumpul bersama teman, jalan-jalan, atau nonton, mungkin sudah biasa. Tetapi anak muda yang berusaha untuk menjadi solusi dari masalah yang ada di sekitar – seperti yang memang sudah seharusnya demikian – adalah yang dibutuhkan bangsa Indonesia saat ini. Hingga saat ini, telah banyak bermunculan gerakan maupun komunitas sosial yang diinisiasi dan dijalankan oleh anak muda, baik yang berfokus pada bidang pendidikan, mengentaskan masalah kelaparan, maupun yang mengarah pada pemberdayaan masyarakat. Di antara sekian banyak komunitas tersebut, Muda Mudi Berbagi (MMB) mencoba menempatkan diri sebagai salah satu komunitas yang berupaya mengatasi permasalahan, khususnya yang terkait dengan anak-anak.

Logo Muda Mudi BerbagiLogo Muda Mudi Berbagi

MMB terbentuk pada bulan Juli 2013, dengan slogan “Yang Muda, Yang Berbagi”. MMB memiliki visi “Menumbuhkan empati pada anak muda melalui kegiatan berbagi dalam rangka mengentaskan permasalahan sosial pada anak”. Dalam mencapai visi tersebut, MMB memiliki misi sebagai berikut :
1. Menyelenggarakan kegiatan berlandaskan faktor…

View original post 62 more words

Sepenggal Kisah dari ToysforKids [5]

Hari  yang ditunggu pun tiba. Minggu, 22 Februari 2015, hari pelaksanaan Muda Mudi Berbagi Toys for Kids yang kedua ini diadakan di Desa Girimukti, Kecamatan Saguling, Kabupaten Bandung Barat. Perlu waktu 1,5 jam untuk mencapai desa tersebut dari kota Bandung, jadi kami berangkat pagi-pagi karena acara akan dimulai pukul 9. Walaupun ngaret dari jadwal yang sudah disusun, tapi perjalanan menuju desa berjalan lancar dan kami selamat sampai tujuan. Seperti yang sudah kami duga sebelumnya, perjalanan menggunakan bargas akan menimbulkan kesan tersendiri bagi teman-teman MMB ketika itu. Tim MMB TFK yang berangkat hari itu berjumlah 25 orang ; aku, Tias, Cia, Daka, Aul, Rizka, Dhea, Bagus, Atika, Ubim, Ayu, Btari, Bara, Asih, Azka, Nisa, Silmy, Anggi, Iyus, Widdy, Irsyad, Yuyu, Della, Acid, dan Ulfah. Aku bareng Rizka berangkat naik bargas bareng Dhea dan Bara. Dan seperti yang sudah seharusnya, berisik banget hahaa 😀

10626157_10204022039966468_2750499311303759919_o     IMG_20150222_084144

Ketika kami tiba di kantor desa, suasana nya sudah ramai. Walaupun acara dimulai terlambat dari rundown, tapi secara keseluruhan berjalan lancar. Kehadiran beberapa orangtua siswa ketika itu memang membuat ruangan semakin riweuh, tapi tawa canda anak-anak itu membuat lelah kami tak berarti lagi. Beberapa anak terlihat menangis, dan dengan sigap rekan-rekan yang bertugas menjadi pendamping kelompok menenangkan mereka. Sejumlah 103 anak kami undang untuk ikut dalam acara hari itu, dan mereka tergabung dalam delapan kelompok. Kelompok 1 didampingi Dhea dan Bara, Kelompok 2 dengan Asih dan Azka, Kelompok 3 bareng Rizka dan Iyus, Kelompok 4 ada Bagus dan Della, di Kelompok 5 ada Acid dan Nisa, Kelompok 6 heboh bareng Irsyad dan Ulfah, di Kelompok 7 ada Anggi dan Silmy, dan terakhir Kelompok 8 didampingi Widdy dan Atika.

1424703016153

Acara berjalan sangat interaktif dipandu Aul dan Daka. Belum lagi ketika Ubim, Ayu, dan Yuyu menyusup diantara keramaian kala itu untuk mengabadikan momen-momen menyenangkan lewat foto dan video. Btari selaku ketua acara juga terlihat berbincang dengan bapak petugas desa. Di ruang perlengkapan terlihat Cia dan Tias menyiapkan properti games dan peralatan lain yang dibutuhin setiap saat. Dan aku? Dimana aku? Aku bertugas jadi operator sepanjang hari itu.

Acara demi acara berlalu. Mulai dari sambutan ketua acara, sambutan dari pihak desa, perkenalan dan menampilkan yel-yel, games lempar bola, menonton video, membuat mainan, bernyanyi bersama, pengumuman pemenang, hingga membagikan mainan. Senang rasanya melihat adik-adik itu aktif di setiap sesi. Berani berpendapat, berani tampil. Kreativitas mereka terlihat ketika mereka membuat mainan dari kulit jagung. Aku mengamati kelompok 3 ketika itu dan beberapa di antara adik-adik itu memilih sendiri model boneka seperti apa yang akan mereka buat, hingga warna rambut dan pakaian si boneka. Ketika sesi menulis cita-cita pun kami dibuat sedikit terhibur sekaligus miris. Senang rasanya ketika melihat mereka berani bermimpi untuk menjadi polisi, dokter, guru, bahkan artis. Namun miris ketika ada yang menulis ingin menjadi robot bahkan harimau. Mungkin ini dampak tontonan yang kurang sesuai untuk anak-anak seusia mereka 😦 Ketika mendengar ‘Terimakasih’ setelah mereka menerima mainan dari kami, gak ada yang lebih mengharukan dari itu. Beberapa anak bahkan terlihat masih bermain di sekitar kantor desa ketika acara sudah berakhir, bermain dengan boneka yang kami berikan.1424772380190

MMB ToysforKids hari itu, bagiku, terasa seperti perpisahan. Bukan berarti aku akan meninggalkan MMB, bukan, dan gak akan pernah. Aku hanya punya hal lain yang harus aku lakukan, yang berarti aku gak akan bisa sebebas dulu terlibat di sini. Bukan berarti aku gak sedih, aku sedih, banget. Rumit rasanya ketika senang dan sedih datang bersamaan. Duduk bersama ketika makan siang, mengucapkan apa yang ingin kami ucapkan saat evaluasi, foto bersama rekan-rekan yang lain, perjalanan pulang dengan obrolan yang entah kemana dan gimana,hari itu benar-benar hari yang berkesan dan gak terlupakan. Senang rasanya ada di tim ini bersama mereka. Semoga di ToysforKids selanjutnya kami bisa berbagi lebih banyak dan melihat senyum anak-anak yang lebih banyak lagi. Muda Mudi Berbagi, Yang Muda Yang Berbagi ! Toys for Kids, We Share We Play ! 😀

 

10991442_10204022030686236_6555234935948165698_o

10355462_10204022034326327_2963257301420896233_o1424607255644

Sepenggal Kisah dari ToysforKids [4]

ToysforKids 1 pada bulan Desember 2014 kemudian berlanjut pada bulan Februari 2015. Setelah menjadikan adik-adik panti asuhan sebagai Happiness Target kami pada event pertama, kini saatnya kami memilih desa sebagai tujuan selanjutnya. Dan sudah jadi tugasku, Tias, dan Cia sebagai divisi operasional desa untuk mencari desa mana yang cocok untuk kami jadikan target. Awalnya sulit, karena tidak satupun diantara kami bertiga yang merupakan warga asli Bandung. Sampai akhirnya perjalanan panjang membuat kami menemukan satu desa yang sesuai.

Siang itu, Kamis 29 Januari 2015, kami bersama Daka berniat untuk survei ke daerah UjungBerung, namun karena dirasa kurang sesuai, kami kemudian memutuskan untuk beranjak ke daerah Padalarang. Cuaca panas terik bukan halangan, kami sempat mampir ke Kota Baru Parahyangan karena beberapa diantara kami akan sholat waktu itu.  Setelah perbincangan dengan bapak penjual siomay, kami memutuskan untuk survei ke desa Girimukti yang kamipun gak tau itu dimana. Bermodalkan bertanya pada penduduk sekitar, kami menyusuri beberapa desa sebelum akhirnya tiba di Girimukti.

Perhentian pertama adalah kantor desa Bojong Haleuang. Dengan bantuan Daka yang fasih berbahasa Sunda, kami mendapati bahwa desa tersebut berada di Kecamatan Saguling, Kabupaten Bandung Barat. Kecamatan Saguling sendiri merupakan kecamatan baru hasil pemekaran dan ada lima desa lain yang berada dalam wilayah kecamatan Saguling. Girimukti adalah salah satu diantaranya. Kami kemudian pamit setelah memperoleh petunjuk jalan menuju desa Girimukti.

Perjalanannya lumayan berat, tapi seru. Kami melewati beberapa desa dengan kondisi jalan yang rusak, melewati lokasi galian C yang mana banyak truk melintas, melewati lapangan tembak milik Kopassus, tanjakan yang cukup terjal yang gak jarang membuat kami kesulitan mengendalikan laju dan keseimbangan kendaraan kami. Tapi di balik semua tantangan tersebut, kami juga bersyukur karena pemandangan alam yang disuguhkan luar biasa indahnya. Hamparan sawah hijau nan luas, bariasan bukit yang tak henti membuat kami berdecak kagum, dan udara segar yang tak selalu bisa kami temukan di perkotaan.Tak lama, kami menemukan kantor desa Girimukti. Disambut oleh beberapa pegawai kantor tersebut, kami menyampaikan maksud kedatangan kami, untuk survei sekiranya desa tersebut cocok untuk kami jadikan target kegiatan MMB ToysforKids selanjutnya. Berbincang dengan Pak Utang, kami mendapat informasi bahwa diantara lima desa lainnya di Kecamatan Saguling, Girimukti adalah yang lokasinya ditengah-tengah sehingga akses menuju perkotaan lebih sulit bagi penduduk desa Girimukti. Bukan hanya karena jalan darat yang rusak berat, tapi adanya perairan yang berada di ujung desa Girimukti, dimana kita perlu menyeberang dengan menggunakan perahu yang mereka sebut bargas. Kami juga bertanya tentang mata pencaharian penduduk sekitar dan mengetahui kebanyakan dari mereka adalah buruh tani dan hasil bumi yang banyak terdapat di desa tersebut adalah jagung. Sepanjang perjalanan desa itupun kami melihat hamparan kebun jagung dan beberapa penduduk disana terlihat sedang menjemur jagung hasil panen.

SeIMG_20150129_154410telah menanyakan beberapa informasi lainnya seperti jumlah anak dan sekolah di desa tersebut, kami kemudian pamit. Pak Utang menyarankan kami untuk menyeberang dengan bargas ketimbang kembali dengan melewati jalan sebelumnya karena alasan jarak dan kondisi jalan. Belum lagi cuaca yang kala itu sangat mendung dan menyiratkan akan turun hujan tak lama lagi. Kami pun menuruti saran tersebut dan ……………. Part paling seru selama perjalanan itu adalah menyeberang perairan dengan bargas. Perjalanan jauh kala itu pun terbayarkan dengan pengalaman seru sepanjang hari. Tak lupa kami mengambil beberapa dokumentasi foto untuk laporan saat rapat.

Saat rapat, kami merekomendasikan desa tersebut yang kami rasa sesuai untuk dijadikan target TFK selanjutnya. Belum lagi kenyataan bahwa kulit jagung disana dianggap sebagai sampah, yang padahal bisa dijadikan sesuatu yang punya nilai guna. Akhirnya diputuskanlah bahwa TFK 2 akan diselenggarakan di desa tersebut, dan dimulailah rangkaian TFK sebagaimana yang kami lakukan pada TFK 1.

1423972808292Kesibukan dimulai kembali. Mengunjungi beberapa sekolah, seperti SDPN Sabang, SD Soka, dan SD Taruna Bakti untuk mencari Happiness Agents, melakukan sosialisasi di CFD Dago, pengumpulan mainan, hingga penghitungan dan membungkus mainan tersebut sebelum kami bagikan ke Happiness Target. Banyak kejadian lucu dan berkesan selama proses tersebut. Mulai dari rasa syukur dan senang ketika mendapati drop box mainan yang kami letakkan di beberapa sekolah selalu penuh setiap harinya, bermain HIMG_20150217_140956appiness Ring di CFD bersama adik-adik yang kebetulan berkunjung, rumitnya mengangkut mainan yang jumlahnya banyak dengan menggunakan motor, pusingnya mengelompokkan dan menghitung mainan tiap sekolah, hingga riweuhnya suasana membungkus mainan tersebut. Tapi setiap proses yang dinikmati akan memberikan pengalaman yang berkesan dan gak terlupakan.

 

IMG_20150217_145146 IMG_20150217_203647 IMG_20150220_153851

 

Divisi operasional desa kembali mengunjungi Girimukti pada Senin 9 Februari 2015, kali ini ditemani D
aka dan Bagus. Kami berangkat melewati jalur desa Pangauban dan menyeberang dengan barg1423474037644as. Ternyata lumayan bisa menghemat waktu perjalanan jika kami melewati jalur itu. Berbincang kembali dengan Pak Utang, kami menyampaikan maksud kedatangan kami membawa surat izin mengadakan kegiatan di desa Girimukti. Kami menjelaskan bahwa konten acaranya nanti adalah bermain, membuat mainan bersama dari bahan jagung, dan membagikan mainan untuk adik-adik di desa tersebut. Kami juga diberi kesempatan mengunjungi ladang jagung bersama Pak Lan, salah satu petugas desa. Ketika akan pamit, bapak kepala desa Girimukti telah kembali dari rapat dan berbincang dengan kami. Beliau menyatakan dukungannya atas niat kami mengadakan acara di desa tersebut. Tak lama setelah itu, kami pamit karena cuaca yang sepertinya akan hujan. Kami kembali melewati jalur menuju Kota Baru Parahyangan. Hujan yang cukup menyulitkan pandangan dan membuat jalan jadi licin menjadi tantangan sepanjang hari itu. kami memutuskan untuk mampir di Kota Baru Parahyangan karena beberapa di antara kami akan sholat. Setelah sholat pun hujan tak kunjung berhenti. Daka memberitahu bahwa di sana terdapat sebuah pusat iptek. Kamipun akhirnya mengunjungi tempat tersebut, dan alhasil kami serasa kembali ke masa sekolah dimana sains jadi hal yang menyenangkan.

Seminggu setelah hari itu, tepatnya Rabu, 18 Februari 2015, kami kembali ke Girimukti untuk memastikan persiapan acara hari Minggu  22 Februari 2015 berjalan baik. Ditemani Daka, Aul dan Della, kami memulai perjalanan yang kami gak pernah sadari akan jadi perjalanan paling panjang yang pernah kami lalui. Urusan kami di kantor desa sebenarnya sudah selesai sekitar pukul 1 siang, tapi kami memutuskan untuk pulang melewati jalur desa Jati, walaupun Pak Utang udah bilang jalur lewat sana jauh dan jalannya rusak. Dan benar saja. Kami kira gak akan separah itu. Tanjakan yang penuh batu, jalan rusak sepanjang perjalanan, jalur sepi masuk hutan, jalan licin akibat hujan, ketemu jalan besar tapi masuk jalan kecil lagi. Udah gak karuan rasanya capek banget naik motor lama kayak gitu. Tapi kami menemukan satu pemandangan yang bagus banget ketika kami melewati bendungan Saguling. Saat menjelang magrib, akhirnya kami menemukan jalan pulang yang sesungguhnya. Empat jam memutar sebelum kembali ke jalan yang bener. What a day ! 😀

1424363670473 1424363623767

Kajian tentang Perilaku Penggunaan Aplikasi Pesan Instan [2]

Sebuah studi cross-sectional dilakukan dengan pengumpulan data terpusat di salah satu kota besar di Indonesia, yaitu Bandung. Alasan pemilihan kota Bandung sebagai lokasi penelitian adalah Bandung merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia dan menurut data dari Google Trends, pencarian kata ‘download’ untuk ketiga aplikasi pesan instan, baik WhatsApp, BBM, maupun LINE di kota ini terbilang tinggi dibandingkan beberapa kota besar lainnya di Indonesia. Pengumpulan data dilakukan sepanjang bulan Mei 2014 dan terkumpul 600 data kuesioner yang dapat diolah. Responden merupakan pengguna salah satu (dan/atau beberapa) aplikasi pesan instan yang meliputi WhatsApp, BBM, dan LINE, serta berada pada rentang usia 15 – 60 tahun. Penggolongan usia kemudian dibagi menjadi dua kategori, yaitu Young (15 – 24 tahun) dan Old ( di atas 24 tahun) sesuai ketentuan kelompok usia menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa.

old-young Dari jumlah responden tersebut, 40% pengguna paling sering menggunakan BBM, 33% paling sering menggunakan LINE, dan 27% paling sering menggunakan WhatsApp. Untuk aplikasi BBM dan WhatsApp, lebih dari 50% digunakan oleh laki-laki, sedangkan LINE lebih banyak digunakan oleh perempuan, yaitu mencapai 63%. Dilihat dari kategori usia pengguna masing-masing aplikasi, kelompok Young mendominasi penggunaan BBM dan LINE, yaitu sekitar 54% dan 86%, sedangkan kelompok Old paling banyak menggunakan aplikasi WhatsApp. Melihat angka ini, agaknya wajar jika kita mengaitkan dengan konten-konten yang terdapat pada masing-masing aplikasi pesan instan. BBM dan WhatsApp banyak digunakan oleh laki-laki karena fitur-fiturnya yang lebih sederhana dibandingkan LINE yang diminati perempuan karena stiker-stiker yang dapat membantu mereka mengekspresikan diri. Sedangkan dilihat dari kategori usia, penggunaan WhatsApp didominasi oleh kelompok usia tua karena penggunaannya jauh lebih mudah tanpa adanya banyak fitur yang mungkin tidak terlalu penting bagi mereka, berbeda dengan LINE yang lengkap dengan fitur Timeline serta Games nya.

wa-bbm-line

Sebanyak 87% dari responden menginstall lebih dari satu aplikasi pesan instan pada smartphone yang mereka gunakan dan sebanyak 76% mengaku menggunakan lebih dari satu aplikasi pesan instan yang mereka miliki. Dilihat dari angka ini, dapat diketahui bahwa ternyata tidak semua aplikasi pesan instan yang didownload dan diinstall pada smartphone digunakan oleh pengguna. Hal ini mengkonfirmasi temuan Mobile Marketing Association dan Nielsen Informate Mobile Insight 2013 yang secara terpisah mengungkap persentase aplikasi yang didownload dengan persentase aplikasi yang digunakan, dimana di Indonesia diketahui bahwa aplikasi yang didownload tidak sepenuhnya digunakan secara optimal. Penggunaan aplikasi di Indonesia hanya 40 menit per hari, berada di bawah Malaysia (66 menit per hari), Thailand (46 menit per hari), dan Filipina (41 menit per hari).

Sejumlah pertanyaan diberikan kepada responden, dimana pertanyaan-pertanyaan tersebut meliputi aspek performansi, kemudahan penggunaan, peran orang terdekat, kondisi yang memfasilitasi, kenyamanan penggunaan, dan nilai dari harga yang dibayarkan Temuan dan hasil penelitian ini dijabarkan sebagai berikut :

  1. Terkait dengan manfaat dari aplikasi pesan instan dalam membantu mereka untuk berkomunikasi, sekitar 91% responden berpendapat bahwa aplikasi pesan instan bermanfaat bagi komunikasi mereka sehari-hari, sedangkan dikaitkan dengan manfaat dalam mengakses informasi, 88% berpendapat bahwa aplikasi pesan instan mampu meningkatkan efektivitas mereka dalam memperoleh informasi. Selain dua hal tersebut, sejumlah responden menambahkan beberapa manfaat lain dari aplikasi pesan instan untuk membantu aktivitasnya, seperti untuk belanja dan berjualan online, bermain game, mengikuti kuis atau promo berhadiah, mengekspresikan diri dengan fitur update status, bahkan ada pula yang mengatakan bahwa aplikasi pesan instan dapat menjadi sarana untuk menyebarkan link kuesioner penelitian.
  2. Terkait dengan usaha yang dibutuhkan untuk dapat menggunakan aplikasi pesan instan, sebagian besar responden setuju bahwa penggunaan aplikasi pesan instan, baik WhatsApp, BBM, maupun LINE terbilang tidak sulit. Sebanyak 87% responden berpendapat bahwa tidak sulit untuk mempelajari cara penggunaan aplikasi pesan instan, dimana LINE menjadi aplikasi pesan instan yang memperoleh persentase tertinggi dalam hal kemudahan penggunaan, mencapai 90%, mengungguli WhatsApp (87%) dan BBM (84%). Jika dilihat dari karakteristik responden penelitian yang paling sering menggunakan LINE dimana mayoritas pengguna adalah usia muda, maka hal tersebut tidaklah mengherankan. Dalam kategorisasi technology adopter, orang-orang pada usia muda umumnya bertindak sebagai innovator dan early adopter, yaitu kelompok yang mau mengambil risiko dengan menjadi orang pertama yang mencoba teknologi baru dan cepat dalam merespon perkembangan teknologi sehingga proses pembelajaran dalam menggunakan teknologi tersebut bukanlah suatu hal yang harus dikhawatirkan.
  3. Komunikasi adalah proses yang melibatkan dua pihak, pengirim pesan dan penerima pesan. Peran orang lain, khususnya orang terdekat pengguna yang sering melakukan komunikasi dengannya ternyata sangat penting dalam menentukan apakah seseorang akan menggunakan aplikasi pesan instan tertentu atau tidak. Sebanyak 91% responden sepakat bahwa orang-orang terdekat mereka merekomendasikan aplikasi pesan instan tertentu untuk mempermudah komunikasi antarkeduanya. LINE menjadi aplikasi pesan instan dengan persentase rekomendasi paling tinggi dibandingkan BBM dan WhatsApp, yaitu 93%. Jika dilihat dari karakteristik-karakteristik fitur maupun konten pada LINE, dimana mayoritas fitur seperti group, games, dan berbagi sticker memerlukan keterlibatan banyak pengguna, maka menjadi hal yang wajar jika persentase tersebut menjadi dominan pada aplikasi LINE.
  4. Kondisi yang memfasilitasi, baik perangkat yang digunakan untuk mengakses aplikasi pesan instan, kemampuan dan pengetahuan seputar penggunaan, serta petunjuk yang tersedia tentang cara penggunaan juga diakui sebagai salah satu bagian penting terkait penggunaan aplikasi pesan instan. Pada setiap elemen tersebut, lebih dari 80% responden berpendapat bahwa mereka telah memiliki dan mampu memahami elemen-elemen tersebut, baik perangkat, pengetahuan, maupun petunjuk penggunaan. Namun seringkali kompatibilitas antara perangkat dengan aplikasi pesan instan masih kurang sempurna. Misalnya aplikasi LINE yang fitur-fiturnya kurang optimal pada perangkat Blackberry, dimana hal tersebut mengurangi kenyamanan pengguna yang pada akhirnya membuat pengguna enggan mengakses LINE pada perangkat tersebut.
  5. Ketika ditanya tentang kenyamanan penggunaan aplikasi pesan instan, 82% responden berpendapat bahwa mereka merasa nyaman berkomunikasi melalui aplikasi pesan instan. Sekitar 78% responden menyatakan bahwa menggunakan aplikasi pesan instan adalah cara berkomunikasi yang menyenangkan, terutama dengan adanya fitur-fitur seperti games, emoticon, maupun sticker yang membuat mereka merasa terhibur. LINE menjadi aplikasi pesan instan yang dinilai paling banyak memberikan hiburan bagi pengguna, yaitu sekitar 91%, jauh mengungguli BBM (71%) dan WhatsApp (64%). Hal ini merupakan hal yang wajar jika melihat fitur-fitur tersebut lebih lengkap pada LINE dibandingkan kedua aplikasi pesan instan lainnya.
  6. Sebanyak 80% responden menyatakan setuju bahwa biaya yang dikeluarkan untuk dapat mengakses aplikasi pesan instan sudah terjangkau. Bahkan jika melihat trend saat ini, menggunakan aplikasi pesan instan bisa dilakukan tanpa biaya, yaitu dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas internet gratis, seperti WiFi. Hal ini boleh jadi merupakan salah satu alasan pengguna lebih memilih untuk berkomunikasi melalui aplikasi pesan instan dibandingkan SMS. Dalam penelitian ini diketahui bahwa sebanyak 83% responden berpendapat bahwa biaya penggunaan aplikasi pesan instan lebih murah dibandingkan menggunakan SMS. Dikaitkan dengan nilai dari biaya yang dibayarkan tersebut, sebanyak 79% responden beranggapan bahwa nilai yang diterima dari penggunaan aplikasi pesan instan saat ini sudah sesuai dengan biaya yang dibayarkan